“Kalau masih mengharap balasan, berarti tidak ikhlas menjadi orangtua!”
“Kalau mendidiknya nggak ikhlas, bagaimana anak jadi baik? Yang perlu diharap itu ridha Allah saja!”
Wuihh…. Banyak perkataan yang seolah-olah indah, tetapi bermasalah jika kita mengukurnya dengan agama. Ikhlas itu istilah agama, maka maknanya kembalikan pada agama. Apa itu ikhlas? Melakukan ‘amal dan ‘ibadah semata-mata karena mengharapkan ridha Allah Ta’ala semata.
Kapan kita dikatakan mencari ridha Allah? Salah satunya, kalau kita melaksanakan sesuai tuntunan, termasuk mengharapkan yang memang diperintahkan untuk diharap. Mendidik anak untuk berbakti misalnya, bukan karena mengharapkan balas budi mereka. Tetapi karena ini merupakan kewajiban sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah Ta’ala. Kalau kita tidak mendidik mereka birrul walidain, lalu mereka abai kepada kita di saat mereka dewasa, itu urusan terpentingnya adalah kita berdosa karena menyebabkan anak berdosa.
Kalau RasuluLlah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kepada kita mengenai amalan yang tetap bermanfaat sesudah kita tiada –salah satunya anak shalih yang ditinggalkan, dalam riwayat lain anak shalih yang mendo’akan—maka betapa sombongnya kita kepada Baginda Nabi shallaLlahu ‘alaihi wasallam kalau kita meremehkan yang beliau pentingkan.
Jadi, ikhlas dan berbagai hal yang berkait dengannya, semua mengacu kepada agama. Dengan itulah kita layak mendapat pahala atau tidak. “Kita mendidik anak 100% ikhlas. Nggak mengharap pahala!” Nah, ini kesombongan juga. Menyelisihi tuntunan dan demikian bagaimana bisa disebut ikhlas??!
Sumber channel telegram Fauzul Adhim
Tags:
Hikmah