Anas Bin Malik radhiyaLlahu 'anhu. Apabila memasuki malam ke dua puluh empat, maka beliau mandi dan memakai wewangian serta menggunakan pakaian baru yang dilapisi jubah. Apalagi pagi telah datang, maka beliau mengenakan pakaian yang biasa dipakai sehari-hari. Jadi, pakaian terbaik itu hanya untuk malam hari demi memuliakan malam yang diharapkan penuh kemuliaan.
Ayyub As-Sakhthiyani juga demikian. Bedanya, beliau mandi di malam dua puluh tiga. Tetapi ini juga erat kaitannya dengan kabar dalam sebuah hadits bahwa Al-Qur'an turun pada hari atau malam kedua puluh empat. Dari sini, ada yang mengutamakan malam keduapuluh empat, ada yang melebihkan malam keduapuluh tiga, ada yang melebihkan keduanya dibandingkan malam-malam lain dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
Hammad bin Salamah berkata, ”Tsabit Al-Bunani dan Humaid Ath-Thawil mengenakan pakaian terbagus meraka dan memakai wewangian, dan mereka memberi wewangian untuk masjid di malam-malam yang diharapkan sebagai lailatul qadr."
Apa yang dipakai untuk mewangikan masjid? Gaharu yang dibakar.
Tsabit Al Bunani berkata, ”Tamim Ad-Dari memiliki pakaian seharga seribu dirham, yang ia pakai di malam-malam yang diharapkan sebagai lailatul qadr."